DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL, PROSEDUR
PENELITIAN, DAN INSTRUMEN PENELITIAN
A. Definisi Operasional Variabel
Sebelum
membahas tentang pengertian definisi operasional variabel, terlebih dahulu perlu diketahui
arti dari variable itu sendiri. Secara teoritis, para ahli telah mendefinisikan variable sebagai
berikut:
1.
Menurut Hatch & Farhady (1981) variable didefinisikan sebagai atribut
seseorang atau obyek yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain
atau satu obyek dengan obyek yang lain.
2.
Menurut Kerlinger (1973) variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
3. Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007), variable adalah Konsep yang
mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi
dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri
yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable
dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
Berikut ini beberapa pengertian dari
definisi operasional variable:
1. Menurut Y. W. Best yang disunting
oleh Sanpiah Faisal, variable penelitian adalah kondisi-kondisi atau serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau
diobservasi dalam suatu penelitian.
2. Direktorat Pendidikan Tinggi
Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variable penelitian adalah segala
sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.
3. Varibel penelitian pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).
4. Variabel Penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari dan ditarik
kesimpulannya.
5. Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada
karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau
“mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang
menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan
ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young dalam Koentjarangningrat, 1991: 23).
6.
Defenisi
operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati
(diobservasi) (Amirul Hadi & Haryono, 2005: 215).
7. Defenisi
operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik
yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Alimul Hidayat,
2007).
Variable
penelitian yang baik, variable penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian,
yang dapat diamati dan dapat diukur. Dalam suatu penelitian, variable perlu
diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefinisikan secara operasional dengan
jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan
pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Dalam definisi operasional
mencakup penjelasan tentang nama variable, definisi variable berdasarkan konsep
atau maksud penelitian, hasil ukur atau kategori, dan skala pengukuran.
Adapun
cara menyusun definisi operasional
bermacam-macam yaitu:
1.
Menekankan kegiatannya (operation), apa yang
perlu dilakukan.
2.
Menekankan bagaimana kegiatannya (operation)
itu dilakukan.
3.
Menekankan sifat-sifat statis hal yang
didefinisikan.
B. Instrumen Penelitian
Instrumen
memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian,
karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh
kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur
pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen
berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang
digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka
data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di
lapangan. Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran. Oleh karena itu harus
ada alat ukur yang digunakan. Alat ukur itu sering disebut sebagai instrument
penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugianto, 2001).
Berikut
ini pengertian instrument penelitian sebagai berikut:
1. Menurut
Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan
akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur
atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.
2. Menurut
Suharsimi Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu
yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar
kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
3. Menurut
Suharsimi (1996), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah
diolah.
4. Ibnu
Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel
secara objektif.
Jadi
instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran,
dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.
Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus
mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan
variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci; 3).
Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis kesahihan (validity)
dan keterandalan (reliability). Adapun
dikemukakan oleh Suharsimi (1993) yang dikutip oleh Husein Umar (1996),
langkah-langkah untuk membimbing peneliti dalam membuat instrument penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Tentukan variable-variabel yang terpakai dalam
penelitian. Varibel ini dapat tercermin pada judul penelitian.
2. Variable-variabel tadi dicarikan jabarannya
dalam bentuk sub variable yang diketahui dari teori/ penelitian terdahulu.
3. Sub variable dicarikan jabarannya dalam bentuk
indikator, jika ada.
4. Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub
indikator, jika ada.
5. Lalu, jika sub indikator masih dapat dibagi
menjadi komponen-komponen kecil maka komponen-komponen ini dijadikan sebagai
butir-butir pertanyaan.
6. Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah
selesai, ditentukan pada gilirannya akan ditempatkan pada lembaran-lembaran
instrumen misalnya angket.
Dari beberapa teori
langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara
garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah
sebagai berikut:
1. Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama
kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk
variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan
secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan
sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator
dari variabel yang akan diukur.
2. Pengembangan spesifikasi dan penulisan
pernyataan
Pengembangan
spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel
spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan
pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang
digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir
sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah
dirumuskan dalam spesifikasi perlu
diikuti secara tertib.
3. Penelaahan pernyataan
Butir-butir
pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui
proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.
Tahap validasi
pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar
atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan
jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran
yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat
secara tepat dapat mengukur indikator. Selanjutnya jika
semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka
dilakukan validasi empirik melaui uji coba.
4. Uji coba
Uji coba di lapangan
merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut,
instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang
mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi
penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris
yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria
yang dikembangkan.
5. Analisis
Berdasarkan data
hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien
validitas butir dan reliabilitas instrumen.
6. Revisi Instrumen
Revisi instrumen
dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid
atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit
kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.
7. Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah
pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan
dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut
harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang
validitas dan reliabilitas instrumen.
C. Prosedur
Penelitian
Prosedur
penelitian adalah langkah-langkah/ urutan-urutan yang harus dilalui atau
dikerjakan dalam suatu penelitian. Secara garis besar, prosedur penelitian
terdiri atas 3 tahap yaitu sebagai berikut:
1. Tahap
Perencanaan Penelitian
Yaitu tahap dimana sebuah penelitian dipersiapkan. Semua hal yang
berhubungan dengan penelitian dipersiapkan/ diadakan, seperti pemilihan judul,
perumusan masalah, hipotesis.
2. Tahap
Pelaksanaan Penelitia
Yaitu, tahap di mana sebuah penelitian sudah dilakukan atau
dilaksanakan. Pada tahap ini, pengumpulan data/ informasi analisis data dan
penarikan kesimpulan telah dilakukan.
3. Tahap
Penulisan Laporan Penelitian
Yaitu tahap di mana sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan.
Hasil dari sebuah penelitian dibuat laporan.
Prosedur penelitian seperti yang dikemukakan di atas dapat
dikembangkan menjadi lebih luas sebagai berikut:
1. Memilih
masalah
Besar maupun
kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang mesti memiliki masalah. Hanya
bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi, tetapi ada pula yang
memerlukan penelitian.
2. Melakukan
studi Pendahuluan
Walaupun sudah
diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang
sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan. Prof. Dr. Winarno
Surachmad menyebutnya sebagai studi eksploratori. Studi pendahuluan dimaksudkan
untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi
lebih jelas kedudukannya. Dalam studi pendahuluan peneliti mengacuh pada teori-teori
yang berlaku dan dapat dicari atau ditemukan pada buku-buku teks ataupun hasil
penelitian orang lain, baik yang sudah dipublikasikan maupun belum.
3. Merumuskan
masalah
Apabila telah
diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan, maka masalah yang akan
diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka
peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke
mana harus pergi dan dengan apa.
4. Merumuskan
anggapan dasar
Anggapan dasar
adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peniliti yang akan berfungsi
sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam
melaksanakan penelitiannya. Misalkan kita akan mengadakan tentang prestasi
belajar siswa, kita mempunyai anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa
adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar ini seragam, maka
bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.
4. a. Merumuskan
hipotesis
Jika anggapan
dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian
tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang
ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji
kebenarannya. Ia berguna untuk membantu peneliti menuntun jalan pikirannya agar
mecapai hasil penelitiannya. Yang dihipotesiskan adalah pernyataan yang ada
pada rumusan masalah.
5. Memilih
pendekatan
Yang dimaksud
dengan pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan penelitian.
Disamping itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil
6. Menentukan
Variabel dan Sumber Data
Pada langkah
ini menjawab pertanyaan, (i) apa yang akan diteliti dan (ii) dari mana data
diperoleh. Kedua hal ini harus diidentifikasikan secara jelas agar dengan tepat
dapat ditentukan alat apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan data.
7. Menentukan
dan Menyusun Instrumen
Setelah
peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana data bisa
diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data
akan dikumpulkan. Instrument ini sangat tergantung dari jenis data dan dari
mana diperoleh. Sebagai contoh, data tingkah laku siswa; tentu hanya dapat
diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi, atau diperoleh dari guru yang
bergaul sehari-hari dengan siswa melalui interview atau kuesioner.
8. Mengumpulkan
data
Apabila
peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan dari mana data
tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang
lain yang akan membantu, sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya
dilakukan. Mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila
diperoleh data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah, dan hasil penelitiannya
menjadi palsu.
9. Analisis
Data
Tugas
menganalisis data tidak seberat mengumpulkan data, baik tenaga maupun
pertanggunngjawaban. Akan tetapi menganalisis data membutuhkan ketekunan dan
pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data.
10. Menarik
Kesimpulan
Dalam langkah
ini, kegiatan meneliti telah selesai, peneliti tinggal mengambil konklusi dari
hasil pengolahan data, dicocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan.
Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis?. Tidak terbuktinya suatu
hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu
salah.
11. Menyusun
laporan
Seluruh hasil
kerja di atas pada akhirnya harus dibuat dalam suatu laporan tertulis yang
teknik penulisannya walaupun tidak ada standar buku, tetapi secara umum dapat
dianggap sama.
Contoh :
Definisi Operasional Variabel, Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian
JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA
KELAS VII SMP NEGERI 4 PAREPARE.
Defenisi Operasional Variabel
1. Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran
berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mengetahui pola interaksi siswa dan untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
2. Hasil belajar matematika adalah hasil yang
dicapai seorang siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran tertentu
dengan menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa.
Instrumen Penelitian
Untuk
memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam penelitian ini digunakan
lembar observasi dan tes hasil belajar berupa essay tes yang dibuat sendiri
oleh peneliti dan guru mata pelajaran. Instrumen ini akan dikembangkan oleh
peneliti dan validasi oleh validator yang dianggap mengetahui hal tersebut.
1.
Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang dimaksud untuk mengukur
tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran dan diadakan pada setiap
akhir siklus.
2.
Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam
penelitian ini dimaksudkan untuk menilai/ mengidentifikasi keadaan siswa/
aktifitas siswa seperti kehadiran, keaktifan, dan kesungguhan selama proses
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dan diisi oleh
observer.
Prosedur
Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak dua
siklus, yaitu: siklus I yang berlangsung selama dua minggu atau empat kali
pertemuan, siklus II yang berlangsung selama dua minggu atau empat kali
pertemuan. Sesuai dengan hakikat
pelitian tindakan kelas, siklus II merupakan perbaikan pada siklus I,
selanjutnya pada setiap siklus terdiri dari: (1) tahap perencanaan, (2) tahap
tindakan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap refleksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Amirul,
Hadi & Haryono, H. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka
Setia.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok
Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suharsimi,
Arikunto. 2006. Prosedu Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Aditya, Dodiet. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 2009.
Tersedia Pada: http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/01/variable-penelitian-dan-definisi-operasional-variable2.pdf. Diakses pada 23
Maret 2011.