Sabtu, 13 April 2013

Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika

DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL, PROSEDUR PENELITIAN, DAN INSTRUMEN PENELITIAN

A. Definisi Operasional Variabel
Sebelum membahas tentang pengertian definisi operasional variabel, terlebih dahulu perlu diketahui arti dari variable itu sendiri. Secara teoritis, para ahli telah mendefinisikan variable sebagai berikut:
1.      Menurut Hatch & Farhady (1981) variable didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek yang         mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain.
2.      Menurut Kerlinger (1973) variable adalah konstruk (constructs) atau sifat yang akan dipelajari.
3.      Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007), variable adalah Konsep yang mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.
Berikut ini beberapa pengertian dari definisi operasional variable:
1.      Menurut Y. W. Best yang disunting oleh Sanpiah Faisal, variable penelitian adalah kondisi-kondisi atau  serenteristik-serenteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol atau diobservasi dalam suatu penelitian.

2.  Direktorat Pendidikan Tinggi Depdikbud menjelaskan bahwa yang dimaksud variable penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.

3.   Varibel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007).

4.   Variabel Penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelejari dan ditarik kesimpulannya.

5.    Definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat diobservasi dari apa yang sedang didefinisikan atau “mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan yang dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain” (Young dalam Koentjarangningrat, 1991: 23).

6.      Defenisi operasional adalah defenisi yang didasarkan atas sifat-sifat yang dapat diamati (diobservasi) (Amirul Hadi & Haryono, 2005: 215).

7.   Defenisi operasional adalah mendefenisikan variable secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati yang memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena (Alimul Hidayat, 2007).  

Variable penelitian yang baik, variable penelitian yang relevan dengan tujuan penelitian, yang dapat diamati dan dapat diukur. Dalam suatu penelitian, variable perlu diidentifikasi, diklasifikasi, dan didefinisikan secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Dalam definisi operasional mencakup penjelasan tentang nama variable, definisi variable berdasarkan konsep atau maksud penelitian, hasil ukur atau kategori, dan skala pengukuran. 

Adapun cara menyusun definisi operasional  bermacam-macam yaitu:
1.      Menekankan kegiatannya (operation), apa yang perlu dilakukan.
2.      Menekankan bagaimana kegiatannya (operation) itu dilakukan.
3.      Menekankan sifat-sifat statis hal yang didefinisikan.

B.   Instrumen Penelitian
      Instrumen memegang peranan yang sangat penting dalam menentukan mutu suatu penelitian, karena validitas atau kesahihan data yang diperoleh akan sangat ditentukan oleh kualitas atau validitas instrumen yang digunakan, di samping prosedur pengumpulan data yang ditempuh. Hal ini mudah dipahami karena instrumen berfungsi mengungkapkan fakta menjadi data, sehingga jika instrumen yang digunakan mempunyai kualitas yang memadai dalam arti valid dan reliabel maka data yang diperoleh akan sesuai dengan fakta atau keadaan sesungguhnya di lapangan. Prinsip penelitian adalah melakukan pengukuran. Oleh karena itu harus ada alat ukur yang digunakan. Alat ukur itu sering disebut sebagai instrument penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun social yang diamati (Sugianto, 2001).

Berikut ini pengertian instrument penelitian sebagai berikut:
1.    Menurut Djaali dan Muljono, instrumen adalah suatu alat yang memenuhi persyaratan akademis, yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mengukur suatu objek ukur atau mengumpulkan data mengenai suatu variabel.

2.    Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134), instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.

3.    Menurut Suharsimi (1996), instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah diolah.

4.   Ibnu Hadjar (1996: 160) berpendapat bahwa instrumen merupakan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan informasi kuantitatif tentang variasi karakteristik variabel secara objektif.

Jadi instrument penelitian adalah alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran, dalam hal ini alat untuk mengumpulkan data pada suatu penelitian.

Menurut Hadjar, dalam suatu penelitian tertentu, peneliti harus mengikuti langkah-langkah pengembangan instrumen, yaitu: 1). Mendefinisikan variabel; 2). Menjabarkan variabel ke dalam indikator yang lebih rinci; 3). Menyusun butir-butir; 4). Melakukan uji coba; 5). Menganalisis kesahihan (validity) dan keterandalan (reliability). Adapun dikemukakan oleh Suharsimi (1993) yang dikutip oleh Husein Umar (1996), langkah-langkah untuk membimbing peneliti dalam membuat instrument penelitian adalah sebagai berikut:
1.    Tentukan variable-variabel yang terpakai dalam penelitian. Varibel ini dapat tercermin pada judul penelitian.
2.   Variable-variabel tadi dicarikan jabarannya dalam bentuk sub variable yang diketahui dari teori/ penelitian terdahulu.
3.      Sub variable dicarikan jabarannya dalam bentuk indikator, jika ada.
4.      Indikator dicarikan jabarannya dalam bentuk sub indikator, jika ada.
5.    Lalu, jika sub indikator masih dapat dibagi menjadi komponen-komponen kecil maka komponen-komponen ini dijadikan sebagai butir-butir pertanyaan.
6.    Seluruh butir-butir pertanyaan yang telah selesai, ditentukan pada gilirannya akan ditempatkan pada lembaran-lembaran instrumen misalnya angket. 
Dari beberapa teori langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, dapat disimpulkan bahwa secara garis besar langkah-langkah pengembangan instrumen penilaian kinerja adalah sebagai berikut:
1.   Merumuskan definisi konseptual dan operasional
Langkah yang pertama kali harus dilakukan dalam pengembangan instrumen adalah merumuskan konstruk variabel yang akan diukur sesuai dengan landasan teoritik yang dikembangkan secara menyeluruh dan operasionalkan definisi konseptual tersebut sesuai dengan sifat instrumen yang akan dikembangkan kemudian rumuskan dan jabarkan indikator dari variabel yang akan diukur.

2.   Pengembangan spesifikasi dan penulisan pernyataan
Pengembangan spesifikasi yaitu menempatkan dimensi dan indikator dalam bentuk tabel spesifikasi pada kisi-kisi instrumen yang kemudian dilanjutkan dengan penulisan pernyataan. Rumusan pernyataan sangat tergantung kepada model skala yang digunakan. Dari setiap pernyataan dicantumkan nomor butir dan jumlah butir sesuai dengan dimensi dan indikator yang akan diukur. Format yang telah dirumuskan dalam spesifikasi perlu diikuti secara tertib.
            
3.   Penelaahan pernyataan
Butir-butir pernyataan yang telah ditulis merupakan konsep instrumen yang harus melalui proses validasi, baik validasi teoritik maupun validasi empirik.

Tahap validasi pertama yang ditempuh adalah validasi teoritik, yaitu melalui pemeriksaan pakar atau melalui panel yang pada dasarnya menelaah seberapa jauh dimensi merupakan jabaran yang tepat untuk konstruk, seberapa jauh indikator merupakan jabaran yang tepat dari dimensi, dan seberapa jauh butir-butir instrumen yang dibuat secara tepat dapat mengukur indikator. Selanjutnya jika semua butir pernyataan sudah valid secara teoritk atau konseptual maka dilakukan validasi empirik melaui uji coba.

4.    Uji coba
Uji coba di lapangan merupakan bagian dari proses validasi empirik. Melalui uji coba tersebut, instrumen diberikan kepada sejumlah responden sebagai sampel uji coba yang mempunyai karakteristik sama atau ekivalen dengan karakteristik populasi penelitian. Jawaban atau respon dari sampel uji coba merupakan data empiris yang akan dianalisis untuk menguji validitas empiris atau validitas kriteria yang dikembangkan.

5.     Analisis
Berdasarkan data hasil uji coba selanjutnya dilakukan analisis untuk mengetahui koefisien validitas butir dan reliabilitas instrumen.

6.     Revisi Instrumen
Revisi instrumen dilakukan jika setelah melalui analisis terdapat butir-butir yang tidak valid atau memiliki reliabilitas yang rendah. Butir-butir yang sudah direvisi dirakit kembali dan dihitung kembali validitas dan reliabilitasnya.

7.     Perakitan instrumen menjadi Instrumen final
Terkait langkah-langkah pengembangan instrumen di atas, terdapat dua hal yang harus diperhatikan dan dipenuhi untuk memperoleh instrumen yang berkualitas yaitu instrumen tersebut harus valid dan reliabel. Untuk itu, perlu pemahaman yang mendalam tentang validitas dan reliabilitas instrumen.

C.    Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah/ urutan-urutan yang harus dilalui atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Secara garis besar, prosedur penelitian terdiri atas 3 tahap yaitu sebagai berikut:
1.   Tahap Perencanaan Penelitian
   Yaitu tahap dimana sebuah penelitian dipersiapkan. Semua hal yang berhubungan dengan penelitian  dipersiapkan/ diadakan, seperti pemilihan judul, perumusan masalah, hipotesis.
2.   Tahap Pelaksanaan Penelitia
     Yaitu, tahap di mana sebuah penelitian sudah dilakukan atau dilaksanakan. Pada tahap ini, pengumpulan data/ informasi analisis data dan penarikan kesimpulan telah dilakukan.
3.   Tahap Penulisan Laporan Penelitian
    Yaitu tahap di mana sebuah penelitian telah selesai dilaksanakan. Hasil dari sebuah penelitian dibuat laporan.  

Prosedur penelitian seperti yang dikemukakan di atas dapat dikembangkan menjadi lebih luas sebagai berikut:
1.   Memilih masalah
Besar maupun kecil, sedikit maupun banyak, setiap orang mesti memiliki masalah. Hanya bedanya, ada masalah yang dapat seketika diatasi, tetapi ada pula yang memerlukan penelitian.

2.   Melakukan studi Pendahuluan
Walaupun sudah diperoleh suatu masalah untuk diteliti, sebelum mengadakan penelitian yang sesungguhnya, peneliti mengadakan suatu studi pendahuluan. Prof. Dr. Winarno Surachmad menyebutnya sebagai studi eksploratori. Studi pendahuluan dimaksudkan untuk mencari informasi yang diperlukan oleh peneliti agar masalahnya menjadi lebih jelas kedudukannya. Dalam studi pendahuluan peneliti mengacuh pada teori-teori yang berlaku dan dapat dicari atau ditemukan pada buku-buku teks ataupun hasil penelitian orang lain, baik yang sudah dipublikasikan maupun belum.

3.   Merumuskan masalah
Apabila telah diperoleh informasi yang cukup dari studi pendahuluan, maka masalah yang akan diteliti menjadi jelas. Agar penelitian dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka peneliti harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus mulai, ke mana harus pergi dan dengan apa.

4.   Merumuskan anggapan dasar
Anggapan dasar adalah suatu yang diyakini kebenarannya oleh peniliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang dipakai untuk tempat berpijak bagi peneliti di dalam melaksanakan penelitiannya. Misalkan kita akan mengadakan tentang prestasi belajar siswa, kita mempunyai anggapan dasar bahwa prestasi belajar siswa adalah berbeda-beda, tidak seragam. Jika prestasi belajar ini seragam, maka bukanlah merupakan variabel yang perlu diteliti.

4. a. Merumuskan hipotesis
Jika anggapan dasar merupakan dasar pikiran yang memungkinkan kita mengadakan penelitian tentang permasalahan kita, maka hipotesis merupakan kebenaran sementara yang ditentukan oleh peneliti, tetapi masih harus dibuktikan, dites, atau diuji kebenarannya. Ia berguna untuk membantu peneliti menuntun jalan pikirannya agar mecapai hasil penelitiannya. Yang dihipotesiskan adalah pernyataan yang ada pada rumusan masalah.

5.    Memilih pendekatan
Yang dimaksud dengan pendekatan di sini adalah metode atau cara mengadakan penelitian. Disamping itu juga menunjukkan jenis atau tipe penelitian yang diambil

6.    Menentukan Variabel dan Sumber Data
Pada langkah ini menjawab pertanyaan, (i) apa yang akan diteliti dan (ii) dari mana data diperoleh. Kedua hal ini harus diidentifikasikan secara jelas agar dengan tepat dapat ditentukan alat apa yang akan kita gunakan untuk mengumpulkan data.

7.   Menentukan dan Menyusun Instrumen
Setelah peneliti mengetahui dengan pasti ada yang akan diteliti dan dari mana data bisa diperoleh, maka langkah yang segera diambil adalah menentukan dengan apa data akan dikumpulkan. Instrument ini sangat tergantung dari jenis data dan dari mana diperoleh. Sebagai contoh, data tingkah laku siswa; tentu hanya dapat diperoleh dari siswa dengan cara mengobservasi, atau diperoleh dari guru yang bergaul sehari-hari dengan siswa melalui interview atau kuesioner.

8.   Mengumpulkan data
Apabila peneliti sudah menentukan data apa yang akan dikumpulkan dari mana data tersebut dapat diperoleh dan dengan cara apa, maka dirinya sendiri maupun orang lain yang akan membantu, sudah mengetahui dengan pasti apa yang berikutnya dilakukan. Mengumpulkan data adalah pekerjaan yang sukar, karena apabila diperoleh data yang salah, tentu saja kesimpulannya pun salah, dan hasil penelitiannya menjadi palsu.

9.   Analisis Data
Tugas menganalisis data tidak seberat mengumpulkan data, baik tenaga maupun pertanggunngjawaban. Akan tetapi menganalisis data membutuhkan ketekunan dan pengertian terhadap jenis data. Jenis data akan menuntut teknik analisis data.

10.  Menarik Kesimpulan
Dalam langkah ini, kegiatan meneliti telah selesai, peneliti tinggal mengambil konklusi dari hasil pengolahan data, dicocokkan dengan hipotesis yang telah dirumuskan. Sesuaikah data yang terkumpul dengan hipotesis?. Tidak terbuktinya suatu hipotesis bukanlah suatu pertanda bahwa apa yang dilakukan oleh peneliti itu salah.

11.  Menyusun laporan
Seluruh hasil kerja di atas pada akhirnya harus dibuat dalam suatu laporan tertulis yang teknik penulisannya walaupun tidak ada standar buku, tetapi secara umum dapat dianggap sama.

Contoh : Definisi Operasional Variabel, Instrumen Penelitian, Prosedur Penelitian
JUDUL: MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBER HEAD TOGETHER PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 PAREPARE.

Defenisi Operasional Variabel
1.  Pembelajaran kooperatif tipe NHT atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mengetahui pola interaksi siswa dan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

2.    Hasil belajar matematika adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam memahami dan menguasai materi pelajaran tertentu dengan menggunakan tes sebagai alat ukur keberhasilan siswa.

Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa dalam penelitian ini digunakan lembar observasi dan tes hasil belajar berupa essay tes yang dibuat sendiri oleh peneliti dan guru mata pelajaran. Instrumen ini akan dikembangkan oleh peneliti dan validasi oleh validator yang dianggap mengetahui hal tersebut.
1.      Tes hasil belajar
Tes hasil belajar yang dimaksud untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa terhadap materi pelajaran dan diadakan pada setiap akhir siklus.

2.      Lembar observasi
Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk menilai/ mengidentifikasi keadaan siswa/ aktifitas siswa seperti kehadiran, keaktifan, dan kesungguhan selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi dibuat oleh peneliti dan diisi oleh observer.

Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan ini dilakukan sebanyak dua siklus, yaitu: siklus I yang berlangsung selama dua minggu atau empat kali pertemuan, siklus II yang berlangsung selama dua minggu atau empat kali pertemuan. Sesuai dengan hakikat pelitian tindakan kelas, siklus II merupakan perbaikan pada siklus I, selanjutnya pada setiap siklus terdiri dari: (1) tahap perencanaan, (2) tahap tindakan, (3) tahap observasi, dan (4) tahap refleksi.

DAFTAR PUSTAKA

Amirul, Hadi & Haryono, H. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Hasan, Iqbal. 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedu Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aditya, Dodiet. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel. 2009. Tersedia Pada: http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2009/01/variable-penelitian-dan-definisi-operasional-variable2.pdf. Diakses pada 23 Maret 2011.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

elong.kelong..